Tuesday, September 21, 2010

2010 HOLIDAY

Suara adzan subuh tiba-tiba menggema di telingku, membangun kan aku dari tidur. Mimpi-mimpi masih menggeliat di pikiranku, tapi aku teringat sumringah bahwa hari ini lah hari terakhir sekolah sebelum kemudian libur lebaran menjemput. Baru aku sadar, mungkin hanya hari ini aku bersemengat sekolah karena besok tidak ada lagi buku pelajaran yang akan aku buka.

Jam tepat menunjukkan 14.30, dan tiba-tiba kriiiinnngggg bel sekolah berdering. Inilah saat-saat yang aku tunggu-tunggu, cepat-cepat lah aku pulang kerumah untuk menghajar liburan yang sudah aku tunggu. Hari ini tanggal 2 september 2010, berarti hanya 5 hari sebelum aku mudik untuk kembali ke kampung halaman, semarang kota tercinta. Matahari dan bulan terus berlomba untuk mengganti hari sampai pada akhirnya sampai lah aku ditanggal 7 september yang sudah aku tunggu-tunggu ini. Berawal dari pagi buta, kumulai dengan sahur berhubung sekarang adalah bulan ramadhan, siangnya aku membeli segala persiapan untuk nanti dijalan karena takut akan macet setelah menonton berita yang banyak di siarkan. Makanan ringan dan minuman adalah incaran utama, hoap dapat semua yang sudah aku butuhkan. Sambil menunggu papah pulang, aku menunggu dengan membaca buku. Semua baju dan lainnya sudah di kemas rapi, dan sekarang sudah tepat pukul 22.00. Papah pulang dan kemudian semua barang-barang ditata dengan rapi di bagasi mobil ku yang tidak begitu luas. Namun dengan sedikit kejeniusan, tanpa perlu penjelasan barang-barang ku yang banyak ini dapat di libas oleh mobil ku yang hanya mini bus. Berhubung ini perjalanan malam, aku dan kakak lah yang ikut ambil serta dalam shift 1 ( biasanya keluarga ku berganti-gantian dalam menyupir, dan dalam menemani menyupir, dalam situasi seperti ini kakak menyupir dan aku menemaninya). pukul 23.30 bokong mobil ku ini yang sudah mepet dengan ban keluar dari pagar rumah ku dan saatnya memulai perjalanan yang cukup jauh menuju semarang.


barusan saja kulihat sebuah palang besar bertuliskan "tol bekasi barat", rute pertama adalah menuju cikampek. Dengan sedikit kelihaian kakakku, mengambil jalur kiri supaya lebih cepat. Tapi sepertinya bukan hal yang beruntung bagi keluargaku, cikampek bagaikan parkiran mobil. Tidak ada satupun mobil yang berjalan, semua diam termasuk mobil ku ini. Aku dan kakak hanya bisa melihat keadaan ini dengan sabar, sesambil menunggu sesekali aku menengok kebelakang untuk melihat papah mamah yang sedang tidur, begitu juga adikku yang duduk di paling belakang. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari, semua mobil dan bus akhirnya di buang melalui pintu tol sadang oleh polisi. Dengan maksud menggunakan jalur alternatif demi mengurangi parkiran mobil dadakan ini, aku dan kakak sudah tersenyum akhirnya mobil jalan kembali tapi kali ini sama saja seperti di tol cikampek. Parkiran dadakan sudah tersedia di depan mata, mau di kata apalagi aku beserta pemudik lain hanya bisa menunggu. Hiburan satu-satu ku hanya dengan mendengarkan lagu dari handphone yang di sambungkan melalui radio dengan alat yang aku kira ini "magic", karena secara garis besar alat ini memancarkan gelombang radio kecil yang berisi lagu-lagu yang sudah di tancapkan ke handphone sejauh radius 50 meter.

Biru kelam dengan sedikit pernak pernik cantik adalah pemandangan langit yang daritadi terus kutengok, kucari dari keindahan di balik itu namun tidak ada. Bulan pun sudah tidak terlalu jelas, karena ini sudah di akhir ramadhan. Spidometer mobil ku menunjukkan 100 km/h, lega sekali hati ini karena sekarang aku sudah sampai di sumedang tanpa di halang-halangi kemacetan berupa parkiran dadakan seperti yang tadi aku alami di tol cikampek dan tol sadang. Papah menyolek bahu kakakku, dengan alis mata yang sedikit naik dan kelopak mata yang masih menunjukkan rasa kantuk papah mengisyaratkan kakak untuk berhenti mencari masjid karena tidak lama lagi waktu subuh akan tiba. Tibalah aku disebuah masjid kecil, walaupun dengan kebersihan seminim mungkin aku tetap wudhu dan solat subuh. Kutengok jam tangan coklat levi's coklat dengan beberapa goresan kepunyaanku untuk melihat waktu, dan sekarang sudah hampir jam 6 pagi. Maka cepat-cepat kuteruskan perjalanan supaya semarangku tercinta cepet sampai.

Papah dan mamah yang masih tidak kuat untuk bangun dan terus tertidur memaksa aku dan kakak untuk tetap menambah watt di mata supaya bisa meneruskan perjalanan. Kursi berdecit merupakan hiburan satu-satunya yang aku punya, karena baterai handphone sudah abis untuk mendengarkan lagu. Walaupun sedikit menganggu, tanpat tersadar aku hafal sebuah ritme yang tersimpan dari decit-decitan kursi mobil ku ini. Sampailah aku di sebuah daerah bernama jatiwangi, mungkin untuk sekalian para pembaca sudah tau bahwa jatiwangi merupakan sebuah kawasan home industri dalam pembuatan genteng yang cukup terkenal di pulau jawa. Dan karena sekarang matahari sudah naik tangga untuk bersinar, maka kegiatan ekonomi disinipun sudah berjalan tanpa harus di halangi. Kemacetan yang aku sebut krodit pun nampak beberapa kilometer di depan kap mobilku yang berwarna silver dengan banyak goresan ini. Kesabaran tingkat tinggi adalah senjata disini, dengan sedikit keliahaian kakakku lagi, akhirnya kita semua jalan lancar kembali sampai ke cirebon.

Singkat cerita, tibalah kita di kota yang sudah di tunggu, semarang. Kota yang merupakan ibukota jawa tengah ini salah satu kota yang aku bilang cukup mengasyikkan. Karena hal-hal asik yang terdapat di kota ini cukup berkesinambungan dengan beberapa hobby ku seperti mencicipi kuliner. Yap semarang lah salah satu dengan kuliner yang cukup banyak, sayangnya tidak semua lidah orang indonesia suka dengan beberapa kuliner khas semarang seperti tahu petis asli dan lumpia. Padahal inilah kuliner khas semarang, yang mungkin bisa aku sendiri bilang salah satu makanan terlezat se indonesia. Di semarang ini aku menginap dirumah nenekku, bangunan rumah belanda kuno dengan taman luas di depan, struktur bagian rumah yang berbentuk persegi-persegi. Serta genting asli dari taun dulu, merupakan tempat yang aku hinggapi sampai seminggu ke depan.

Hari demi hari terus berlanjut, hiburan ku di semarang ini hanya makan dan makan. Maka dari itu aku dan kakak memikirkan beberapa usulan untuk tour sedikit mengelilingi jawa tengah. Sampai pada akhirnya papah mengusulkan supaya kita semua menginap di rumah desa yang di sulap menjadi guest house di kota selo. Aku tidak tau ini merupakan kota ataupun bukan, tapi yang pasti daerah ini terletak di antara kaki gunung merapi dan merbabu. Tanpa ditanya lagi berarti suasananya adalah "dingin", semua anggota keluarga ku pun mengatakan untuk setuju dan kita akan berangkat pada h+2 lebaran. Tepatnya tanggal 12 september, dengan sedikit beberapa perlengkapan baju aku dan keluarga siap berangkat. Terbayang oleh ku 2 bangunan kokoh bernama gunung ada di depan mataku, di hiasi beberapa kabut kecil yang mengelilingi atap gunungnya. Di tambah dengan beberapa kebun yang ada di kaki gunung, dan udara dingin yang akan mengigit setiap kulit yang terdapat di tubuhku ini. Daerah selo terdapat di selatan dari kota boyolali, tak terasa 2 jam perjalanan mobilku seperti buang air besar, mengeluarkan semua tenaga nya untuk menanjak jalanan yang berliku-liku. Papah yang menyetir, kulihat di matanya dengan semua keyakinan bahwa mobil bobrok ku ini dapat naik ke atas dan keajaiban ada saja. Mobilku sekarang sudah ada di parkiran rumah guest house seorang pasangan suami-istri yang bekerja menjadi petani. Waktu menunjukkan pukul 18.24, dengan berfikir pendek aku memutuskan untuk tidak mandi malam ini. Karena suhu disini sudah sampai 14 derajat jadi karena aku tidak tahan dingin aku tidak akan mandi. Malam ini aku isi dengan bermain kartu sekeluarga, kita semua memainkan permainan "aneh" yang di ciptakan kakakku, yaitu tebak nama. Permainan yang mungkin aku kira sedikit rumit tetapi dapat menghibur hati. Kulihat di jendela ternyata kabut sedang turun, sayang sekali padahal aku ingin melihat suasana desa yang gelap gulita ini. Aku dan keluarga pun tertidur di ruang tengah karena lelah bermain kartu, esok paginya kita berkemas karena berencana ingin berkunjung di gardu pandang yang bernama NEW SELO, kembali lagi mobil mini bus berwarna silver berusaha mengalahkan terjalnya tanjakkan menuju tempat tersebut. Dan kali ini kakak yang memegang kendali di mobil, dengan segala keyakinan ia masukkan gigi 1 dan mengegas dengan penuh nafsu. Mobil pun berhasil naik sampai di pelataran tempat gardu. Sampai disini kami dapat melihat gunung merapi dan merbabu dengan sangat jelas, namun sayangnya kabut turun kembali pagi ini. 2 gunung raksasa jawa ini pun terhalang untuk di nikmati keindahannya. Karena ini merupakan tempat yang jarang sekali di kunjungi, aku dan keluarga memutuskan untuk berfoto ria mengambil gambar sana sini. Huruf-huruf raksasa NEW SELO yang di tancapkan di tanah aku pegang supaya bisa terfoto. Puas berfoto aku dan keluarga turun untuk menuju magelang dan selanjutnya meneruskan tour kecil ini menuju jogja. Sekalian mengantar kakakku, kak bisma untuk pulang ke kost nya. Karena taun ini ia sudah kuliah di UGM. Tak kuat menahan rasa dingin, tertidur pulas lah aku di dalam mobil dengan kaca mata kuda hitam. Sewaktu aku bangun, ternyata papah lagi bercerita tentang pengalamannya menaiki gunung merapi yang ada di selo tadi pada tahun 1982, wow sudah 28 tahun yang lalu kaki papahku tertapak di atap gunung tersebut. Dan ternyata tahun depan kita sekeluarga berencana untuk naik gunung merapi atau merbabu, suatu rencana liburan yang cukup dahsyat karena SMA nanti aku akan naik gunung. Tepat pukul 14.35 aku sampai kota jogja, pemandangan pertama yang aku lihat adalah kost tempat kakakku tinggal karena disini lah mobil ku berhenti. Sebuah bangunan rumah modern, dengan 2 pohon mangga serta vespa gagah kakakku yang di parkir di depan kamarnya. Tak ingin melewatkan hal ini, aku ingin berfoto bersama vespa kakakku ini karena warnanya yang sangat menarik ditambah tahun nya yang sudah cukup tua. Aku sangat menyukai kendaraan yang satu ini, skuter kuno yang di sebut vespa ini sudah menjadi favoritku beberapa tahun belakang. Karena lelah, papah memutuskan untuk menginap dulu di jogja sambil menyimpan tenaga untuk pulang ke semarang. Disini, kakak ku yang tinggal di jogja memberikan alamat hotel yang cukup bagus dengan bangunan kuno ala jawa. Nama hotelnya moestokoweni, hotel kecil ini ternyata mempunyai bangunan yang tidak terlalu besar, namun dengan kamar mewah dengan harga murah. Di banjiri rasa kantuk dan lelah di perjalanan, kami sekeluarga tertidur lelap di kamar. Esok paginya, kami berkeliling hotel untuk melihat-lihat bangunannya yang cukup kuno. Kami sempatkan pula berfoto di beberapa tempat seperti tangga hotel ini yang besar, lalu kursi di bawah pohon. Sebuah pemandangan bangunan yang menggugah hati, aku jatuh hati karena arsitektur kuno yang masih kokoh ini berdiri megah di depan mataku.

Puas di jogja, kami semua kembali ke semarang, tapi kami ingin berkunjung sedikit ke rumah eyang yut ku yang terdapat di poewordjo, kota kecil inilah tempat di mana ibuku di lahirkan. Namun sayang sodaraku yang tinggal di situ sedang pergi ke surabaya, kami pun hanya menyempatkan untuk berziarah ke makam bulus. Komplek makam luas dengan kuburan-kuburan kokoh berwarna hitam. Disinilah selak beluk keluargaku di makamkan, selesai berziarah kami pun pulang ke semarang untuk selanjutnya pulang menuju jakarta.

18 September 2010, kami sekeluarga ben's family, sebutan untuk keluarga yang aku ciptakan akan pulang ke jakarta. Siap menghajar beberapa rutinitas rumit ala jakarta. Membosankan namun membuat aku rindu

THE END

 
Blogger design by suckmylolly.com - background image by Wagner Campelo